Langsung ke konten utama

Pilkada 2018, Kapolres Mappi Kunjungi Panwaslu dan Harap Tercipta Sinergitas Yang Terbaik

Panggung Sastra di Perhelatan Kurtilas

Oleh: Moses Douw dan Eka F.F. Agustian

Pendidikan di sekolah merupakan ujung tombak bagi berlangsungnya kurikulum sebagai instrumen terbesar dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia. Beberaapa upaya telah pemerintah lakukan, seperti pergantian kurikulum.

Perubahan kurikulum adalah sebuah keharusan yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK. Meskipun mengalami banyak perubahan, kurikulum yang diterapkan di Indonesia tetap berlandaskan pada pancasila, sebagai ideologi dasar negara. Oleh sebab itu, nilai-nilai keagamaan dan kenegaraan harus tetap ada dan di laksanakan dalam pembelajaran. Kurikulum pertama yang diterapkan di Indonesia adalah pada kurikulum 1947 kemudian mengalami perubahan menjadi 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan terakhir diubah menjadi kurikulum 2013 (selanjutnya disingkat K-13 atau Kurtilas). Semua perubahan pada kurikulum tersebut diharapkan dapat menjadi sarana yang membawa pendidikan indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perubahan kurikulum KTSP ke K-13 yang terkesan terburu-buru membuat banyak kalangan bertanya, siapkah kurikulum ini diaplikasikan dalam pembelajaran, terutama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia materi sastra? Ketidaksiapan K-13 disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari tubuh K-13 sendiri, yaitu kurang matangnya persiapan yang dilakukan oleh pemerintah. Terdapat banyak permasalahan yang dapat ditemukan dalam kurikulum tersebut, misalnya pada pembagian materi antara bahasa dan sastra pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menyebabkan input siswa menjadi tidak seimbang.

Pembelajaran antara sastra dan bahasa memang selalu mengundang polemik dikalangan guru maupun praktisi pendidikan. Berbagai polemik tersebut dipantik oleh ketidakjelasan pembagian porsi antara bahasa dan sastra pada pembelajaran Bahasa dan Sastra di sekolah. sebagai akibat dari samarnya pembagian tersebut, siswa mengalami kesulitan dalam memfokuskan diri pada pembelajaran. Misalnya, siswa yang belajar mengenai menulis cerpen. Pada tingkat keterampilan berbahasa ini, siswa akan terfokus pada peraturan kebahasaan dibandingkan dengan badan cerpen yang notabenenya sebagai unsur pembangun cerpen. Hal tersebut membuktikan, bahwa sejatinya siswa mengira bahwa semua pembelajaran adalah pembelajaran bahasa, sedangkan sastra hanya sebagai pelengkap. Padahal, sejatinya karya sastra merupakan kajian yang memiliki perbedaan dengan kajian bahasa. selanjutnya, sedikitnya porsi sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga bisa menjadi masalah tersendiri bagi proses pembelajaran. Sebab, bagaimanapun, siswa dituntut untuk menguasai kompetensi yang utuh, yaitu sastra dan bahasa, bukan hanya condong pada salah satunya saja.

Hal ini terjadi di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Papua. Siswa siswi di Papua sangat terlambat dengan kurikulum yang sedang berlangsung di Indonesia. Kurikulum KTSP tidak berjalan dengan baik di Papua, sebagaimana melihat pengalaman pendidikan Papua yang sangat lamban. Hal ini di buktikan bahwa ketika Tahun 2004 menetapkan kurikulum baru di Papua masih menggunakan Kurilulum yang lama hingga 7 Tahun kemudian. Apalagi siswa siswi di negeri ini sangat sulit untuk menentukan fokusnya dalam menentukan jurusan berdasarkan minat dan bakat. Seperti bahasa dan sastra Indonesia, kedua ini sangat berbeda dalam pengajarannya. Pada kurikulum saat ini sangat di perhatinkan karena antara bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia sangat berbeda. Sehingga, siswa siswi di Indonesia terpecah dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu wartawan senior Kompas.com pun Mengatakan bahwa “wartawan di Indonsia sangat kurang dan yang ada pun merupakan potensi yang kurang sebab tidak adanya lebel atau tinggkat dalam fokus pembelajaran di sekolah secara formal maupun non-formal.” Hal ini menyebabkan porsi pembelajaran yang tidak efektif dan efisiens.

Selain masalah pembagian porsi pembelajaran antara bahasa dan sastra, penyajian dan pemilihan materi sastra harus mendapatkan perhatian yang intensif dari penyelenggara pendidikan. Melalui sastra yang tepat, siswa dapat menguasai berbagai bidang kebahasaan dengan lebih mudah dan cepat. Hal tersebut dikarenakan manusia merupakan homo naras. Selain mampumemberikan hiburan, sastra juga mampu menjadi media dalam penyampai pesan kehidupan dan nilai-nilai yang dapat dipelajari.
Karya sastra yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut.
a.     Penuh dengan Nilai
Karya sastra yang baik adalah yang mengandung banyak nilai di dalamnya. Nilai-nilai tersebut lah yang kemudian dapat diteladani oleh pembaca. Penyampaian nilai-nilai dalam novel dapat melalui pengangkatan isu-isu yang saat ini sedang berkembang. Melalui topik-topik hangat tersebut, pembaca akan dibawa berpikir kritis dalam memandang suatu permasalahan.
b.     Memperkaya Pemahaman Budaya
Pemahaman budaya adalah hal yang mutlak dibutuhkan oleh siswa. Melalui novel, siswa dapat memahami budaya luar secara utuh. Mengingat novel menyajikan rentetan kejadian yang seperti aslinya. Oleh sebab itu, melalui novel, siswa dapat mempelajari budaya sesuai konteks tanpa harus tinggal di daerah tempat budaya tersebut berkembang.
c.      Memperkaya Kebahasaan
Karya sastra khususnya novel menyajikan kejadian-kejadia yang didalamnya tentu terdapat dialog antar tokoh. Melalui hal tersebut, diharapkan siswa menjadi lebih terampil dalam berkomunikasi dan mampu berkomunikasi dengan tepat sesuai dengan norma dan atuan yang berlaku.
d.     Memperbaiki Pribadi
Perubahan pribadi adalah tujuan utama dari pembelajaran. Perubahan tersebut, diharapkan mampu dimiliki oleh siswa setelah membaca sebuah teks sastra. 3 kriteria dalam pemilihan bahan pembelajaran sastra, yaitu bahasa, kematangan jiwa/psikologi, dan latar belakang kebudayaan siswa.
a.      Bahasa
Bahasa yang dikandung dalam sastraadalah bahasa yang mudah, gamblang, penceritaan yang ringan. Hal tersebut akan memudahkan siswa dalam memahami maksud dan menginterpretasikan isi.
b.      Psikologi
Tahap perkembangan psikologi siswa harus diperhatikan ketika memilih sebuah bahan ajar. Hal tersebut dijadikan pertimbangan, karena psikologi juga memengaruhi kemampuan dalam memahami dan menyelesaikan tuntutan kurikulum sesuai yang berlaku.
c.       Latar Belakang Kebudayaan Siswa
Siswa adalah subjek sekaligu sobjek pembelajaran dengan pola piker konkret yang sederhana. Keberadaan contoh yang dekat dengan kehidupan mereka akan membuat mereka mudah mengimajikan materi yang diajarkan.

Pembagian porsi antara sastra dan bahasa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah memang merupakan kebutuhan yang vital bagi siswa. Oleh sebab itu, peninjauan kembali terhadap K-13 mutlak dibutuhkan, disamping kreativitas guru dalam mengajarkannya. Pemerintah maupun guru harus bekerja sama saling mengisi kekosongan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.


Penulis adalah Mahasiswa yang sedang menganyam Pendidikan di Kota Yogyakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mob Papua : Nene vs Cucu

Nene dan cucu laki-laki duduk cerita-cerita : Cucu :  " Nene katanya laki dan perermpuan itu tdk boleh tidur sama-sama ka ? Nene : "  Iyo...to Bahaya skali Cucu  : " kenapa jadi ? Nene :" Karena dilarang agama kecuali dong 2 su nikah, nti kalu hamil bagaimana ? Cucu : " Oh..klu bapak dan mama tidak apa2...ee........klu begitu sya sekarang malas tidur lagi dengan nene. Nene : " Bah...knapa jdi ko sudah tdk mau tidur lagi dengan nene ? Cucu : " malas saja to....!!......nanti  nene ko hamil lagi........... hahahah...dilarang senyum2.../////????????.

Lakukan Razia, Polres Keerom Berhasil Amankan Minuman Keras Jenis Bir Bintang

Pacenews, Keerom - Kasat Reskrim  Polres   Keerom  Ipda Hotma P. A. Manurung, S.Tr.K bersama beberapa personilnya melakukan  razia  premanisme jelang perayaan Tahun baru 2018 dibeberapa titik di Kab.  Keerom , Jumat (29/12/2017). Saat dikonfirmasi Ipda Hotma P.A Manurung, S.Tr.K, mengatakan bahwa Patroli dan  Razia  Premanisme jelang perayaan Tahun baru 2018 dengan sasaran  pemalakan , senjata tajam dan  mabuk  mabukan di Jalan. “kami melakukan penyusuran sepanjang jalan Trans Irian dari  Arso  VII, I, VI,  Arso  Kota dan Workwana dan alhasil kami mendapati beberapa tempat yang digunakan oknum  masyarakat  sedang mengkonsumsi  miras  termasuk ada yang kita dapati mobil parkir di pinggir jalan dengan 3 (tiga) penumpangnya yang sedang  mabuk  setelah kita lakukan pemeriksaan ditemui BB di dalam mobil di temukan adanya minuman beralkohol jenis Bir Bintang 1 karton sdh dikonsumsi dan 1 karton masih utuh, “terang Kasat Reskrim. Kasat Reskrim menambahkan, kami langsung melakukan himabauan se

Pilkada 2018, Kapolres Mappi Kunjungi Panwaslu dan Harap Tercipta Sinergitas Yang Terbaik

Pacenews.id- Mappi- Demi terciptanya situasi kondisi dan harkamtibmas menjelang Pemilukada serentak tahun 2018 yang kondusif, Polres Mappi melaksanakan kunjungan ke kantor Panwaslu Kabupaten Mappi dalam rangka silaturahmi memantapkan sinergitas kemitraan dalam penyelenggaraan pemilu serentak 2018, Rabu pagi (24/01/2018). Dalam silaturahmi Kapolres Mappi AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan,S.I.K,M.I.K yang didampingi Kasat Intelkam Iptu Supriyono diterima komisioner Panwaslu Arnold Kwamtagai S.Sos beserta komisioner,Kegiatan kunjungan ini bertujuan menjalin silaturahmi dan menciptakan situasi kondisi yang kondusif serta pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat menjelang Pemilukada serentak Gubernur dan Wakil Gubernur Papua tahun 2018 Juga sinegritas dan kerjasama semua elemen yang ada diharapkan mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat Kabupaten Mappi. “Pelaksanaan Pemilu pada Juni 2018 mendatang, seluruh elemen mulai dari KPU,Panwaslu serta masyarakat diharapkan bisa bersinerg