Suatu hal yang menyedihkan, krisis konflik antara sekelompok kecil warga Papua yang masih berambisi untuk mewujudkan disintegrasi Papua dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan pihak aparat kemanan masih saja terjadi. Kali ini, terkait kejadian yang baru-baru saja terjadi di wilayah Timika Papua Barat. Sungguh menyedihkan, di satu sisi memang dimaklumi bahwa menyampaikan aspirasi adalah hak setiap orang yang hidup termasuk mereka kelompok kecil yang menginginkan disitegrasi Papua, namun di sisi lain aparat keamanan juga tentu pasti bertindak sesuai dengan ranah tugas dan tanggungjawab yang mereka emban.
Kejadian terbaru yang terjadi di wilayah Timika Papua Barat yang dimaksud, yakni terkait dengan penangkapan warga yang berjumlah sekitar seratusan orang oleh aparat TNI dan Polri. Penangkapan yang dilakukan oleh aparat tersebut, tentu dilakukan bukan dengan tanpa alasan, tapi tentu adanya tindakan-tindakan yang mereka lakukan, yang membuat aparat terpaksa harus melakukan penangkapan tersebut demi melaksanakan tugas.
Dalam memandang hal ini, begitu juga dalam memandang hal-hal lainnya, setiap orang tentu mempunyai hak penafsiran dalam menafsirkan apa yang dipandangnya. Hanya saja, dalam kewajaran bahwa setiap orang berhak menafsirkan apa yang dipandangnya, baik tafsiran tersebut bersifat positif maupun negatif, ternyata hal tersebut menjadi kesempatan emas bagi Benny Wenda yang selama ini juga termasuk pihak yang menginginkan terdisintegrasinya Papua dari NKRI. Untuk itu, ia kemudian berbicara melalui laman situsnya (http://bennywenda.org/2015/statement-on-the-mass-arrests-and-burning-of-houses-in-timika/) mengenai hal tersebut, mengungkapkan pemikiran-pemikirannya yang tentu saja pasti disesuaikan dengan tendensius kepentingan politiknya.
Dalam laman situsnya tersebut, Benny Wenda berbicara seolah ia sedang mewakili keseluruhan warga Papua, yang kini dalam ucapannya bahwa mereka (warga Papua secara keseluruhan) sedang ditindas, disiksa dan berada dalam tekanan aparat dan pemerintahan Indonesia. Di sela-sela tulisan yang dibuatnya, iapun menyuguhkan beberapa foto penangkapan seratusan warga tersebut yang dilakukan oleh Aparat TNI dan Polri. Tentu saja, dengan foto-foto tersebut ia berharap bahwa hal tersebut, maka apa yang dutulisnya akan terlihat nyata dan berhasil mengelabui para pembacanya. Dengan demikian, maka dengan bermodalkan hal tersebut, maka Benny Wenda berbicara seenak yang dia mau, mengungkapkan pemikiran-pemikirannya, dengan membesar-besarkan masalah yang terjadi dan memutarbalikkan esensi fakta yang terjadi.
Dalam hal ini misalnya, ia mengatakan bahwa dengan kejadian tersebut (dengan bukti foto yang dipasangnya), membuktikan bahwa Papua kini sedang berada dalam ketertindasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. Ia dengan keindahan susunan kata-kata yang dirangkainya, berusaha menunjukkan bahwa apa yang dibicarakannya merupakan fakta dan kebenaran yang terjadi. Namun sayangnya, ia lupa bahwa semua pembaca itu tidak bodoh dan mudah terkelabui dengan apa yang dibicarakannya. Ia lupa bahwa, bagi para pembaca yang masih mampu berfikir secara logis, jernih dan tanpa dipengaruhi oleh tendesnsius kepentingan pribadi, akan sangat mudah menilai isi pembicaraan yang kosong. Bagaimana tidak, dari hal ungkapannya bahwa “Papua sedang ditindas” saja sudah terlihat kesalahan berfikirnya. Bagaimana bisa, kejadian yang hanya menimpa sekelompok kecil warga Papua, yang hanya di wilayah Timika, dikatakan bahwa hal itu terjadi kepada “seluruh Papua” ? Lebih dari itu, yang diherankan adalah, atas dasar apa ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan penindasan ?
Dalam melakukan tugasnya, yang perlu dipahami dalam hal ini adalah, bahwa aparat keamanan tidak hanya bertugas memberikan pelayanan keamanan yang bersifat parsial untuk wilayah tempatnya bertugas saja. Lebih dari itu, aparat keamanan mempunyai tugas yang jauh lebih luas dan lebih utama, yakni menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Dengan demikian, terkait hal penangkapan kelompok kecil warga Papua di Timika itu, Benny Wenda dari apa yang dibicarakannya, ia lupa membicarakan seba-sebab kejadian tersebut. Ia berbicara asap yang timbul, namun ia melupakan api penyebab timbulnya asap tersebut.
Di paragraf awal, sudah penulis singgung bahwa aparat keamanan, dalam bertindaknya pasti sesuai dengan ranah tugas dan tanggungjawab yang diembannya. Dengan demikian, maka dapat dengan mudah dipahami bahwa, penangkapan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap seratusan kelompok warga di Timika tersebut, pasti disebabkan oleh tindakan-tindakan mereka sendiri. Kaitannya dengan hal tersebut, dalam hal ini mereka walaupun dengan hak aspirasinya, telah bertindak mengancam keutuhan dan kedaulatan negara. Tentu dengan dasar tersebut, aparat keamanan yang memang salah satu tugasnya adalah mengatasi hal tersebut, maka melakukan proses penangkapan terhadap mereka, yang dilakukan secara persuasif selama mereka mampu diarahkan secara baik. Dalam hal ini, terlihat dengan jelas bahwa apa yang disampaikan oleh Benny Wenda merupakan pembesaran masalah dan pemutarbalikan fakta semata. Tidak ada yang ditindas di sana, apa yang dilakukan oleh aparat tentu sesuai dengan tindakan dan respon yang mereka berikan ketika melalukan proses pengamanan terhadap mereka.
Dengan semua ini, penulis mengajak kepada para pembaca untuk mampu menilai secara cerdas terhadap apa yang terjadi, terutama ketika dihadapkan dengan tulisan yang bersifat provokasi seperti yang ditulis oleh Benny Wenda. Salam damai.
Komentar
Posting Komentar